Faktor
Esensial Persalinan
Persalinan merupakan suatu proses
yang terjadi secara alami akibat adanya kontraksi pada rahim ibu dan diikuti
dengan pembukaan untuk mendorong bayi keluar dari rahim. Proses ini dihadapi
oleh ibu dan janin diakhir kehamilan karena janin akan terus berkembang dan
tumbuh dalam proses persiapan menghadapi kehidupan diluar rahim ibu. Ibu juga
akan mengalami perubahan adaptasi fisiologis selama masa hamil sebagai persiapan
proses persalinan dan berperan sebagai seorang ibu.
Dalam proses persalinan terdapat
faktor-faktor yang memperlambat atau menghambat janin untuk keluar dari uterus
ibu. Sebagai perawat, hal seperti inilah yang harus dikuasai serta dipahami
agar proses persalinan terjadi sesuai dengan apa yang diharapkan, dan perawat
mampu untuk menerapkan proses keperawatan yang tepat dalam proses persalinan
baik pada ibu maupun keluarganya. Berikut faktor-faktor esensial yang terjadi
selama persalinan :
Passenger (Penumpang/Janin)
Janin bergerak disepanjang jalan
lahir akibat adanya interaksi beberapa faktor seperti: ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Selain janin, plasenta yang
menyertai janin juga termasuk sebagai penumpang karena plasenta juga keluar
melalui jalan lahir. Akan tetapi, plasenta jarang menyebabkan hambatan dalam
proses persalinan.
Ø Ukuran Kepala Janin
Kepala janin sangat
mempengaruhi proses persalinan karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku.
Tengkorak janin terdiri dari 2 tulang parietal, 2 tulang temporal, 1 tulang
frontal, dan 1 tulang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura
membranosa: sagitalis, lambdoidalis, koronalis, dan frontalis. Rongga yang berisi membran ini disebut
fontanel, letaknya berada dipertemuan sutura-sutura tersebut.
Dalam persalinan,
ketika ketuban pecah, saat periksa dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk
menentukan presentasi, posisi, dan sikap janin. Pengkajian tersebut dapat
memberikan informasi usia dan kesejahteraan bayi yang akan lahir.
Sutura dan fontanel
membuat tengkorak menjadi fleksibel, sehingga mudah menyesuaikan diri terhadap
otak bayi yang beberapa waktu setelah lahir akan terus bertumbuh. Tetapi,
karena belum menyatu dengan kuat, tulang-tulang ini dapat saling tumpang tindih
yang disebut molase (struktur kepala yang terbentuk selama persalinan). Molase
dapat berlangsung berlebihan, tetapi pada kebanyakan bayi, kepala akan
berbentuk normal dalam 3 hari setelah lahir.
Ø Presentasi Janin
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali masuk ke PAP
(Pintu Atas Panggul) dan terus melalui jalan lahir saat persalinan. Ada tiga
presentasi janin yang utama yaitu kepala
(lebih dahulu) 96%, bokong (sungsang lebih dahulu) 3%, dan bahu 1%. Bagian
presentasi merupakan bagian tubuh janin yang akan teraba pertama kali oleh jari
pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam.
Ø Letak Janin
Letak janin adalah hubungan antara punggung janin terhadap
punggung ibu. Letak janin terbagi 2 yaitu: (1) memanjang atau vertikal, dimana
punggung janin paralel dengan punggung ibu; (2) melintang atau horizontal,
dimana punggung janin membentuk sudut terhadap punggung ibu. Letak memanjang
dapat berupa presentasi kepala atau sungsang.
Ø Sikap Janin
Sikap
adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lainnya. Ada 3
sikap janin yaitu fleksi, defleksi dan ekstensi. Pada kondisi normal, sikap
janin seperti: punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi kearah dada, dan
paha fleksi kearah sendi lutut, tangan disilangkan di depan toraks dan tali
pusat terletak diantara lengan dan tungkai.
Ø Posisi Janin
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput,
sakrum, mentum [dagu], sinsiput [puncak kepala yang defleksi]) terhadap empat
kuadran panggul ibu. Presentasi atau bagian presentasi menunjukkan bagian janin
yang menempati PAP. Presentasi kepala, bagian yang menjadi presentasinya yaitu
oksiput; prensentasi bokong, yang menjadi presentasi sakrum; letak lintang,
yang menjadi bagian presentasi skapula bahu. Jika yang menjadi bagian
presentasi oksiput maka presentasinya puncak kepala.
Jalan Lahir
Jalan lahir terdiri dari pangul ibu
yaitu bagian-bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus vagina
(lubang luar vagina). Walaupun jaringan lunak yang ikut menunjang keluarnya
bayi adalah bagian lapisan-lapisan otot dasar panggul, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus mampu menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang kaku. Oleh sebab itu, sebelum proses persalinan
dimulai, ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan terlebih dahulu agar
memudahkan proses persalinan. Ada 4 jenis panggul dasar antara lain :
1. Ginekoid (tipe wanita klasik)
2. Android (mirip panggul pria)
3. Antropoid (mirip panggul kera
antropoid)
4. Platipeloid (panggul pipih)
Sebelum persalinan dimulai, uterus
terdiri dari korpus uteri dan serviks uteri. Saat persalinan, kontraksi uterus
menyebabkan korpus uteri berubah menjadi 2 bagian. Segmen bawah uterus secara
bertahap membesar karena mengakomodasi isi dalam rahim, sedangkan bagian atas
menebal dan kapasitas akomodasinya menurun. Kontraksi korpus uteri menyebabkan
janin tertekan ke bawah, terdorong kearah serviks. Serviks kemudian menipis dan
terbuka secukupnya sehingga memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki
vagina.
Kekuatan (Power)
Kekuatan merupakan kontraksi ketika
ibu melakukan dorongan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus saat persalinan baik secara involunter dan
volunter. Terdapat 2 macam kekuatan antara lain: (1) Kontraksi involunter
disebut dengan kekuatan primer, yang menandai dimulainya persalinan. Kekuatan
primer membuat serviks menipis selama
tahap pertama persalinan (effacement) dan terbuka dan janin turun; (2)
Kontraksi volunter disebut kekuatan primer, yang dimana serviks telah
berdilatasi dan memperbesar kekuatan kontraksi involunter. Segera setelah
bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi akan berubah, yakni
bersifat seperti mendorong keluar. Ibu akan merasa ingin mengedan (yang biasa
dilakukan saat buang air besar). Namun dalam usaha mendorong keluar ini,
digunakan otot dengan jenis yang berbeda. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi
dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap maka kekuatan ini
cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina. Jika ibu
melakukan mengedan terlalu dini, dilatasi serviks akan menjadi terhambat.
Mengedan membuat ibu menjadi lelah dan menimbulkan trauma serviks.
Posisi Ibu
Posisi pada ibu dapat mempengaruhi
adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Hal ini karena dengan mengubah
posisi ibu menjadi tegak membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk
dan jongkok. Posisi tersebut dapat membantu membuat gaya gravitasi penurunan
janin. Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan tali
pusat. Kontraksi uterus tejadi lebih kuat dan efisien untuk membantu penipisan
dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih cepat.
Posisi tegak juga menguntungkan curah
jantung ibu dalam kondisi normal meningkat selama persalinan seiring kontraksi
uterus mengembalikan darah ke anyaman pembuluh darah. Posisi tegak membantu
mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh
darah. Saat janin turun melalui jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada
reseptor regang dasar panggul merangsang refleks mengedan ibu. Jika ibu
mengedan pada posisi duduk atau berjongkok, otot-otot abdomen bekerja lebih
sinkron dengan kontraksi rahim.
Daftar Pustaka
Pengarang, Bobak, Lowdermilk, Jensen;
alih bahasa, Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugerah; editor bahasa indonesia,
Renata Komalasari. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC