Jumat, 30 November 2018

Faktor Esensial Persalinan


Faktor Esensial Persalinan
Persalinan merupakan suatu proses yang terjadi secara alami akibat adanya kontraksi pada rahim ibu dan diikuti dengan pembukaan untuk mendorong bayi keluar dari rahim. Proses ini dihadapi oleh ibu dan janin diakhir kehamilan karena janin akan terus berkembang dan tumbuh dalam proses persiapan menghadapi kehidupan diluar rahim ibu. Ibu juga akan mengalami perubahan adaptasi fisiologis selama masa hamil sebagai persiapan proses persalinan dan berperan sebagai seorang ibu.
Dalam proses persalinan terdapat faktor-faktor yang memperlambat atau menghambat janin untuk keluar dari uterus ibu. Sebagai perawat, hal seperti inilah yang harus dikuasai serta dipahami agar proses persalinan terjadi sesuai dengan apa yang diharapkan, dan perawat mampu untuk menerapkan proses keperawatan yang tepat dalam proses persalinan baik pada ibu maupun keluarganya. Berikut faktor-faktor esensial yang terjadi selama persalinan :
Passenger (Penumpang/Janin)
Janin bergerak disepanjang jalan lahir akibat adanya interaksi beberapa faktor seperti: ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Selain janin, plasenta yang menyertai janin juga termasuk sebagai penumpang karena plasenta juga keluar melalui jalan lahir. Akan tetapi, plasenta jarang menyebabkan hambatan dalam proses persalinan.
Ø Ukuran Kepala Janin



Kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku. Tengkorak janin terdiri dari 2 tulang parietal, 2 tulang temporal, 1 tulang frontal, dan 1 tulang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura membranosa: sagitalis, lambdoidalis, koronalis, dan frontalis.  Rongga yang berisi membran ini disebut fontanel, letaknya berada dipertemuan sutura-sutura tersebut.
Dalam persalinan, ketika ketuban pecah, saat periksa dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi, posisi, dan sikap janin. Pengkajian tersebut dapat memberikan informasi usia dan kesejahteraan bayi yang akan lahir.
Sutura dan fontanel membuat tengkorak menjadi fleksibel, sehingga mudah menyesuaikan diri terhadap otak bayi yang beberapa waktu setelah lahir akan terus bertumbuh. Tetapi, karena belum menyatu dengan kuat, tulang-tulang ini dapat saling tumpang tindih yang disebut molase (struktur kepala yang terbentuk selama persalinan). Molase dapat berlangsung berlebihan, tetapi pada kebanyakan bayi, kepala akan berbentuk normal dalam 3 hari setelah lahir.
Ø Presentasi Janin
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali masuk ke PAP (Pintu Atas Panggul) dan terus melalui jalan lahir saat persalinan. Ada tiga presentasi  janin yang utama yaitu kepala (lebih dahulu) 96%, bokong (sungsang lebih dahulu) 3%, dan bahu 1%. Bagian presentasi merupakan bagian tubuh janin yang akan teraba pertama kali oleh jari pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam.

Ø Letak Janin
Letak janin adalah hubungan antara punggung janin terhadap punggung ibu. Letak janin terbagi 2 yaitu: (1) memanjang atau vertikal, dimana punggung janin paralel dengan punggung ibu; (2) melintang atau horizontal, dimana punggung janin membentuk sudut terhadap punggung ibu. Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau sungsang.
Ø Sikap Janin
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lainnya. Ada 3 sikap janin yaitu fleksi, defleksi dan ekstensi. Pada kondisi normal, sikap janin seperti: punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi kearah dada, dan paha fleksi kearah sendi lutut, tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak diantara lengan dan tungkai.

Ø Posisi Janin
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum, mentum [dagu], sinsiput [puncak kepala yang defleksi]) terhadap empat kuadran panggul ibu. Presentasi atau bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang menempati PAP. Presentasi kepala, bagian yang menjadi presentasinya yaitu oksiput; prensentasi bokong, yang menjadi presentasi sakrum; letak lintang, yang menjadi bagian presentasi skapula bahu. Jika yang menjadi bagian presentasi oksiput maka presentasinya puncak kepala.
Jalan Lahir
Jalan lahir terdiri dari pangul ibu yaitu bagian-bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina). Walaupun jaringan lunak yang ikut menunjang keluarnya bayi adalah bagian lapisan-lapisan otot dasar panggul, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang kaku. Oleh sebab itu, sebelum proses persalinan dimulai, ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan terlebih dahulu agar memudahkan proses persalinan. Ada 4 jenis panggul dasar antara lain :
1.    Ginekoid (tipe wanita klasik)
2.    Android (mirip panggul pria)
3.    Antropoid (mirip panggul kera antropoid)
4.    Platipeloid (panggul pipih)
Sebelum persalinan dimulai, uterus terdiri dari korpus uteri dan serviks uteri. Saat persalinan, kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri berubah menjadi 2 bagian. Segmen bawah uterus secara bertahap membesar karena mengakomodasi isi dalam rahim, sedangkan bagian atas menebal dan kapasitas akomodasinya menurun. Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan ke bawah, terdorong kearah serviks. Serviks kemudian menipis dan terbuka secukupnya sehingga memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki vagina.
Kekuatan (Power)
Kekuatan merupakan kontraksi ketika ibu melakukan dorongan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus  saat persalinan baik secara involunter dan volunter. Terdapat 2 macam kekuatan antara lain: (1) Kontraksi involunter disebut dengan kekuatan primer, yang menandai dimulainya persalinan. Kekuatan primer membuat serviks menipis  selama tahap pertama persalinan (effacement) dan terbuka dan janin turun; (2) Kontraksi volunter disebut kekuatan primer, yang dimana serviks telah berdilatasi dan memperbesar kekuatan kontraksi involunter. Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi akan berubah, yakni bersifat seperti mendorong keluar. Ibu akan merasa ingin mengedan (yang biasa dilakukan saat buang air besar). Namun dalam usaha mendorong keluar ini, digunakan otot dengan jenis yang berbeda. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap maka kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina. Jika ibu melakukan mengedan terlalu dini, dilatasi serviks akan menjadi terhambat. Mengedan membuat ibu menjadi lelah dan menimbulkan trauma serviks.
Posisi Ibu
Posisi pada ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Hal ini karena dengan mengubah posisi ibu menjadi tegak membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok. Posisi tersebut dapat membantu membuat gaya gravitasi penurunan janin. Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan tali pusat. Kontraksi uterus tejadi lebih kuat dan efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih cepat.
Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu dalam kondisi normal meningkat selama persalinan seiring kontraksi uterus mengembalikan darah ke anyaman pembuluh darah. Posisi tegak membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah. Saat janin turun melalui jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor regang dasar panggul merangsang refleks mengedan ibu. Jika ibu mengedan pada posisi duduk atau berjongkok, otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron dengan kontraksi rahim.




Daftar Pustaka
Pengarang, Bobak, Lowdermilk, Jensen; alih bahasa, Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugerah; editor bahasa indonesia, Renata Komalasari. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC